Walan.id – Pendidikan seharusnya menjadi fondasi utama pembangunan bangsa. Namun dalam praktiknya, perhatian terhadap pendidikan masih kerap terpinggirkan.
Persoalan ini tidak berdiri sendiri, melainkan saling terhubung dengan berbagai aspek kehidupan—mulai dari kualitas sumber daya manusia, stabilitas sosial, hingga daya saing negara di tengah persaingan global.
Kurangnya perhatian terhadap pendidikan bukan sekadar soal keterbatasan anggaran atau minimnya sarana belajar, tetapi juga menyangkut cara pandang masyarakat dan kebijakan yang belum sepenuhnya berpihak pada penguatan kualitas manusia.
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan semakin kompleksnya tantangan global, pendidikan justru sering diposisikan sebagai urusan sekunder. Padahal, mengabaikan pendidikan sama artinya dengan menyiapkan masa depan yang rapuh. Tanpa pendidikan yang kuat, sebuah bangsa dapat tertinggal tanpa benar-benar menyadari penyebabnya.
Akar Persoalan yang Masih Menghambat
Salah satu penyebab utama kurangnya perhatian terhadap pendidikan adalah faktor budaya. Di sebagian masyarakat, pendidikan masih dianggap tidak lebih penting dibandingkan pekerjaan yang dapat menghasilkan uang secara cepat. Banyak anak didorong untuk bekerja sejak usia muda demi membantu ekonomi keluarga, sementara pendidikan dipandang sebagai beban jangka panjang yang hasilnya tidak langsung terlihat.
Selain itu, masih terdapat anggapan bahwa hanya mereka yang “cerdas” yang dapat sukses melalui jalur pendidikan, sehingga anak-anak yang merasa tertinggal memilih menyerah lebih awal.
Masalah berikutnya adalah ketimpangan akses dan kualitas fasilitas pendidikan. Di daerah terpencil, sekolah dengan kondisi layak, buku pelajaran, serta tenaga pendidik berkualitas masih menjadi kemewahan. Guru-guru berpengalaman cenderung terkonsentrasi di wilayah perkotaan, sementara daerah pedalaman harus puas dengan fasilitas dan kualitas pembelajaran yang terbatas. Ketimpangan ini membuat proses belajar kurang menarik dan berdampak pada tingginya angka putus sekolah.
Selain itu, kebijakan pendidikan yang kurang relevan dengan kebutuhan zaman juga turut memperparah keadaan. Kurikulum sering kali tidak selaras dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan teknologi. Sistem pendidikan masih terlalu menekankan hafalan dan nilai ujian, bukan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah. Akibatnya, pendidikan kerap dipandang hanya sebagai formalitas untuk memperoleh ijazah, bukan sebagai bekal kehidupan.
Di era digital, pengaruh media dan budaya populer juga berperan besar. Media sosial kerap menampilkan gambaran kesuksesan instan tanpa latar belakang pendidikan yang jelas. Figur publik yang sukses tanpa jalur pendidikan formal sering dijadikan contoh, sehingga muncul persepsi bahwa pendidikan bukanlah faktor penting untuk meraih keberhasilan. Pandangan ini semakin menjauhkan masyarakat dari kesadaran akan pentingnya pendidikan jangka panjang.
Dampak Serius bagi Individu, Masyarakat, dan Negara
Kurangnya perhatian terhadap pendidikan membawa dampak yang luas. Bagi individu, keterbatasan pendidikan sering berujung pada sempitnya peluang kerja, rendahnya pendapatan, serta kerentanan terhadap kemiskinan dan berbagai persoalan sosial. Minimnya pendidikan juga memengaruhi kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan penting terkait kesehatan, keuangan, dan kehidupan sosial.
Pada tingkat masyarakat, rendahnya kualitas pendidikan berpotensi meningkatkan berbagai masalah sosial, seperti kriminalitas, rendahnya kesadaran kesehatan dan lingkungan, serta lemahnya partisipasi dalam kehidupan demokrasi. Masyarakat yang kurang teredukasi lebih mudah terpapar hoaks dan manipulasi informasi, yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas sosial.
Sementara itu, bagi negara, rendahnya prioritas terhadap pendidikan akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan inovasi. Negara akan kesulitan menghasilkan sumber daya manusia yang kompetitif dan adaptif terhadap perubahan global. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat melemahkan posisi Indonesia di tengah persaingan internasional dan memicu ketidakstabilan sosial serta politik.
Langkah Strategis yang Perlu Ditempuh
Mengatasi persoalan ini membutuhkan komitmen bersama. Pemerintah perlu memperkuat kebijakan yang benar-benar berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan, bukan sekadar pemenuhan administratif. Akses dan fasilitas pendidikan harus diperluas secara merata, terutama di daerah tertinggal, disertai upaya peningkatan kesejahteraan dan kualitas tenaga pendidik.
Di sisi lain, pembaruan kurikulum menjadi keharusan agar pendidikan relevan dengan kebutuhan zaman. Sistem pembelajaran perlu mendorong kreativitas, keterampilan praktis, serta kemampuan berpikir kritis. Pemanfaatan teknologi juga harus dioptimalkan untuk menjangkau wilayah yang sulit diakses dan memperkaya metode pembelajaran.
Peran orang tua dan masyarakat tidak kalah penting. Kesadaran akan nilai pendidikan perlu ditanamkan sejak dini, agar pendidikan tidak lagi dipandang sebagai beban, melainkan sebagai investasi masa depan. Dukungan lingkungan sekitar akan sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan anak.
Penutup
Kurangnya perhatian terhadap pendidikan adalah persoalan serius yang tidak boleh diabaikan. Pendidikan bukanlah barang mewah, melainkan hak dasar setiap warga negara dan fondasi utama kemajuan bangsa. Tanpa pendidikan yang berkualitas, mustahil membangun individu yang berdaya, masyarakat yang kuat, dan negara yang maju. Sudah saatnya pendidikan ditempatkan sebagai prioritas utama, bukan hanya dalam wacana, tetapi juga dalam tindakan nyata.
Penulis : Rizki Adam Malik Nasution
Fakultas Hukum Universitas Pamulang PDSKU Kota Serang













