Walan.id – Pondok Pesantren Salafi Wasitotul Huda di Kampung Kamansari Desa Cikande Kecamatan Cikande Kabupaten Serang terendam banjir akibat tertupnya saluran drainase.
Pasalnya, Aliran drainase yang berasal dari Danau situ Ciherang terpantau semakin menyempit sehingga air dari hulu ke hilir tidak mengalir semestinya yang berdampak ke ponpes salafi Wasitotul Huda.
Pemilik Ponpes Salafi Wasitotul Huda Ust. Matin mengatakan bahwa banjir di pondoknya tersebut sudah sejak lama, sehingga daerah persawahan itu menjadi rawa.
“Kalau banjir sejak 2020 sampai dengan saat ini , kemarin hari selasa banjir terparah.” ungkapnya kepada walan.id, Kamis, (9/10/2025).
Baca juga:
Ketua Fraksi Gerindra Minta Pemkab Serang Tuntaskan Penanganan Kawasan Kumuh
Menurutnya, para santri saat ini merasa waswas ditambah mulai mendekati musim penghujan.
“Para santri ya tentu merasa waswas karena tempat tinggal hanya di pondok, penyebabnya kalo menurut informasi dampaknya itu karena kali situ Ciherang tidak mempunyai pembuangan air.”katanya.
Ustad Matin berharap kepada pemerintah terkait supaya saluran drainase situ Ciherang dinormalisasi supaya aliran sungai teratasi.
“Mudah mudahan saluran airnya itu bisa lancarin lagi, InsyaAllah kalo saluran air itu sudah normal gak bakal ada dampak.”harapnya.
Baca juga:
Sementara itu, salah satu warga sekitar Rohmat menjelaskan bahwa dari Danau situ Ciherang saluran drainase menyempit dan mampet.
“Jadi ketika aliran air gede dari situ ciherang dan di alirannya menyempit, yang harusnya lancar malah air itu ngelimpah ke sawah yang dampaknya ke ponpes.”jelasnya.
Lanjut Rahmat, sebelumnya lahan persawahan tersebut saat ini menjadi rawa, karena aliran drainase situ Ciherang mampet sehingga berdampak kepada area persawahan dan Pondok.
“Kalau memasuki musim hujan ya larinya ke pondok, yang namanya air kan nyari dataran rendah.”kata dia.
Baca juga:
Puluhan Pedagang Liar di Situ Ciherang Cikande Ditertibkan Satpol PP Kabupaten Serang
Masih kata Rohmat, kalaupun normalnya dari hulu ke hilir seharurusnya aliran air tersebut ke sungai Cidurian.
“Nah drainase disitu kan gak jalan terus airnya itu lari ke sawah sehingga menjadi rawa.”ujarnya.
Meski kemarau panjang, kata Rohmat sejak 2021 area persawahan itu tetap menjadi rawa karena aliran drainase tidak jalan dan mampet sehingga menjadi rawa.
“Sampai saat ini belum ada tanggapan dari pemerintah terkait soal drainase mampet meski sudah mengajukan proposal.” pungkasnya.
Penulis: Nurlan