Walan.id – Sebanyak 27 siswa dari SMPN 1 Kramatwatu mengalami gejala mual, muntah, dan diare setelah mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disalurkan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Desa Serdang.
Enam siswa bahkan harus dilarikan ke klinik terdekat untuk mendapatkan penanganan medis. Insiden tersebut menjadi perhatian serius terkait keamanan dan kualitas makanan yang diberikan dalam program sekolah.
Kepala SMPN 1 Kramatwatu Dede Al Amron Edi Muslikh menjelaskan kronologi kejadian tersebut. Kata Dede, pada Selasa, 2 September 2025, pihak sekolah menerima makan paket MBG seperti biasa.
“Karena kita kan sudah berjalan 2 minggu dari tanggal 19 Agustus. Jadi, kemarin itu jam 10 kita menerima paket makan. Dan seperti biasa kami bagikan ke anak-anak jam setengah 12 sebelum anak-anak salat Zuhur, pas istirahat,” ujarnya kepada wartawan, Rabu, September 2025.
Baca juga:
Dapur MBG Resmi Beroperasi, Rantang SUS 304 Jadi Wadah Andalan Sajikan Gizi Seimbang
Ia menyampaikan bahwa pihak sekolah selalu menyampaikan kepada siswa agar tidak memakan makanan yang dirasa tidak layak, dan jika ada bau tak sedap, makanan tersebut harus dikembalikan.
Namun, lanjutnya, beberapa siswa membuka makanan di kelas dan mencium bau yang tidak sedap, yang diduga berasal dari makanan basi atau busuk.
“Ada mencium bau makanan yang basi mungkin gitu ya atau busuklah seperti itu. Nah, kemudian lapor ke gurunya, gurunya sampai pengumuman semuanya. Seluruh siswa yang memang makanannya tidak layak dimakan, silakan dikembalikan,” ujarnya.
Baca juga:
Dapur MBG akan Dibangun di Sejumlah Kabupaten dan Kota di Banten
Ia mengatakan, meski sebagian besar mengembalikan paket makanannya, ada beberapa siswa yang tetap memakannya karena merasa lapar, terutama setelah olahraga.
Sekitar satu jam setelah makan, mereka mulai mengeluh mengalami sakit perut, mual, bahkan ada yang muntah-muntah.
“Di antaranya ada 6 orang anak laki-laki yang pada jam 12 itu makan, tidak memperhatikan fisik dan keadaan makanan karena mereka lapar, mungkin habis olahraga dan lain-lain, terus dimakan, dihabiskan. Setelah itu masuk kelas seperti biasa dan satu jam kemudian mereka mengeluh, sakit perut, mual, dan ada di antaranya satu orang yang muntah-muntah,” katanya.
Lebih lanjut, kata Dede, mereka lalu melapor ke guru, dan pihak sekolah segera mengumpulkan siswa yang mengalami gejala serupa. Dede menambahkan bahwa keenam siswa tersebut dibawa ke klinik untuk mendapatkan perawatan.
“Anak-anak ini kemudian dijemput orang tua mereka setelah pemeriksaan dari petugas medis menyatakan tidak ada kondisi darurat dan tidak berkelanjutan,” jelasnya.
Baca juga:
Pasca Viral! Puluhan Siswa Belajar Lesehan, Wabup Serang Kunjungi SDN Kalong di Kibin
Ia juga menyebutkan bahwa kejadian ini merupakan yang pertama kali terjadi sejak program MBG dimulai pada 19 Agustus 2025.
“Saya tidak tahu analisa dari pihak kesehatan, tadi ada dari puskesmas, dari dinas kesehatan mengonfirmasi dan meminta klarifikasi dari kami, kita sampaikan seperti itu.
Kendati demikian, ia juga mengaku pihak sekolah belum dapat memastikan penyebab pasti dari gejala yang dialami para siswa.
“Mereka juga tidak menyebutkan bahwa itu akibat keracunan, hanya bahasanya itu kan akibat makan, tentang keracunan seperti apa kan belum dicek kandungan apa yang ada di dalam makanan tersebut,” jelas Dede.
Baca juga:
Program Makan Bergizi Gratis, Bupati Serang: Kita Menunggu dari Pusat Teknisnya
Sehari kemudian, laporan dari orang tua menyebutkan ada 21 siswa lain yang mengalami gejala serupa. Sementara berdasarkan keterangan siswa SMPN 1 Kramatwatu, diketahui bahwa makanan yang diberikan memiliki bau tak sedap dan ditemukan adanya hewan, seperti belatung, di makanan tersebut.
Hani Hairunnisa, siswa kelas 9 SMPN 1 Kramatwatu menyatakan bahwa nasi dalam menu MBG terbilang aman, tetapi lauknya sudah tidak layak konsumsi.
“Pas kemarin baru diambil, pas dibagikan, pas saya buka itu tuh kayak bau yang sayur sudah basi, kayak ada basi gitu. Menunya ada sayur, tempe, dan tahu, tapi lauknya sudah bau,” ujarnya. ***